Nisan bersurat yang tak terawat di seunuddon Aceh Utara

“Nisan bersurat pada makam-makam kuno itu memperkaya sumber primer yang dibutuhkan para peneliti untuk merekonstruksi sejarah Samudra Pasai. Maka perlu dirawat dan dilestarikan agar tidak hilang”.  
Kompleks kuburan Banta Sayyidi, Buket Batee Badan, Tanah Jambo Aye, Aceh Utara. @ATJEHPOSTcom/Irman IP
BATU nisan itu berlumur lumut. Setelah dibersihkan, Ramlan Yunus mengoles kapur tulis pada inskripsi atau tulisan timbul bahasa Arab yang terukir pada batu nisan tersebut. “Agar inskripsi ini bisa dibaca oleh Abu Taqi,” kata Ramlan menjelaskan tujuan ia mengoles kapur tulis itu.
Abu Taqi adalah sapaan akrab untuk Taqiyuddin Muhammad Lc, peneliti sejarah dan kebudayaan Islam yang ahli epigrafi. Abu Taqi dan Ramlan Yunus bersama tim peneliti lainnya dari Central Information for Samudra Pasai Heritage (Cisah) Lhokseumawe, beberapa hari lalu melakukan ekspedisi ke wilayah timur Krueng (Sungai) Keureuto sampai Krueng Jambo Aye, Aceh Utara.
“Berdasarkan informasi pada nisan bersurat atau berinskripsi itu, makam kuno itu adalah makam Banta Sayyidi. Perkiraan kita, beliau salah seorang pemuka agama pada masa Kerajaan Samudra Pasai,” kata Abu Taqi pada ATJEHPOSTcom, Sabtu, 15 Juni 2013.
Kompleks makam Banta Sayyidi berada di Buket Batee Badan, Kecamatan Tanah Jambo Aye. Salah satu nisan makam Banta Sayyidi telah patah. Di sisi makam ini ada satu kubur kuno lainnya. Kondisinya juga sangat memprihatinkan, meski sudah ada bangunan pelindung termasuk cungkup makam.
Kondisi lebih ironis terlihat pada kompleks makam kuno di Gampong Matang Paya dan Tanjong Geulumpang, Kecamatan Baktya,  kompleks kubur kuno di Gampong Blang Pha, Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara, sudah menyusut ke perut bumi dan tertutup tumbuhan liar. “Tidak terawat atau terpelihara,” ujar Ramlan Yunus.
Setelah menemukan pemukiman kuno tersebut, tim Cisah diketuai Abdul Hamid kemudian membersihkan makam dan merapikan kembali bantu nisan. Salah satu makam yang batu nisannya berinskripsi di kompleks makam kuno di Gampong Blang Pha, kata Abu Taqi adalah makam Haji 'Izzuddin bin Haji Isma'il dari abad ke-15 Masehi.
“Nisan bersurat pada makam-makam kuno itu memperkaya sumber primer yang dibutuhkan para peneliti untuk merekonstruksi sejarah Samudra Pasai. Maka perlu dirawat dan dilestarikan agar tidak hilang,” katanya.
Kondisi tidak terawat juga tampak pada kompleks makam kuno di Gampong Gelumpang Samlako, Kecamatan Baktya. Nisan pada makam-makam yang berada dalam kebun pepaya itu sudah miring dan hanya tampak bagian atas.
Ada pula komplek kubur kuno yang dikenal dengan Jirat Teungku di Bungong, di Matang Lada, Kecamatan Seunuddon. Kondisi nisan makam-makam dalam kebun kelapa, daearah pesisir Seunuddon itu miring dan menyusut dalam tanah.
“Di Jirat Teungku di Bungong, selain batu-batu nisan yang masih tinggal sampai sekarang, dulunya banyak batu-batu nisan thimpik (pahatan, pipih), dan ada relief-reliefnya. Tapi karena sudah terlampau lama maka banyak yang hilang,” kata Muhammad Amin, 54 tahun, warga Matang Lada seperti dikutip Abdul Hamid dari Cisah.
Abdul Hamid berharap pemerintah memugar semua situs sejarah di kawasan bekas Kerajaan Samudra Pasai itu. Jika tidak ada kepedulian secara serius, kata dia, semakin banyak yang akan lenyap.[]

Komentar