Wisata Sejarah di Aceh Utara

Pengembangan wisata sejarah di Kabupaten Aceh Utara bisa dilakukan berbarengan dengan wisata alam. Hal ini didukung oleh beberapa tempat potensial sebagai objek wisata, baik untuk wisatawan lokal maupun luar. Seperti pesona air terjun di Blang Kolam misalnya. 

Sungai-sungai tempat wisata seperti di Sawang dan Krueng Tuan, Kecamatan Nisam Antara adalah tempat wisata yang indah dan sempat sunyi ketika konflik bersenjata melanda Aceh. Kini pemerintah Aceh Utara bisa menghidupkannya lagi, tentu saja harus menyesuaikannya dengan syariat Islam. 

Permasalahannya sekarang, bagaimana pengembangan pariwisata lokal itu tidak bertentangan dengan norma dan agama. Jika ingin menjalankan syariat pada ummat, bisa dengan mengembangkan pariwisata Islaminya, misalnya tempat rekreasi seperti Blang Kolam ditata rapi, semak belukar dirawat dan ditanami bunga, di antara celah-celah bukitnya dibangun musalla atau pustaka. Pemerintah bisa membangun tempat wisata yang Islami dan berbasis pendidikan. Tinggal buat larangan, daerah-daerah tertentu dilarang masuk.

Berpikir kreatif dan membangun sepantasnya digalakkan sejak kini untuk generasi agar damai terus berlangsung dan Islam dikenal sebagai agama yang santun. Aceh seanteronya adalah daratan yang indah, begitu pun Aceh Utara. Pemberian Tuhan ini harus dimanfaatkan sebaik dan secerdas mungkin. 

Keindahan itu bisa ditemukan di antara 850 gampong, 2 kelurahan dan 56 buah mukim di Aceh Utara. Para penduduknya kini menunggu perubahan nasib yang pernah diimpikan. Kabupaten ini punya 780 buah gampong di kawasan dataran dan 72 gampong di kawasan berbukit dan dataran tinggi. Sebagian besar penduduknya adalah petani. 

Visi pembangunan yang telah ditetapkan untuk masa lima tahun mendatang tidak bisa memperbaiki dekorasi wajah kabupaten ini sama seperti wilayah lain di Aceh dan Indonesia. Konsep pembangunan lima tahun sudah saatnya ditinggalkan. 

Tani Pertanian di Aceh Utara masih dijalankan dengan sistem tradisi yang harus diganti dengan cara insentif sebagaimana diterapkan di negara yang pertaniannya sudah maju seperti Thailand. Pemerintah yang menangani bidang ini sepantasnya mengganti cara untuk membangun pertanian rakyat. Untuk memanjukan pertanian di Aceh Utara bisa dengan studi banding para petani yang rajin dan berkemampuan di kampung-kampung ke Thailand atau negara yang hasil taninya diakui dunia yang lain. 

Selama ini studi banding tani dikirim para pejabat dinas pertanian, yang tidak pernah atau jarang tahu bagaimana kondisi lahan tani di kampung-kampung. Pemerintah harus bertanggung jawab pada hasil tani yang diproduksi masyarakat, seperti mengkondisikan harga hasil tani yang seimbang. 

Diharapkan pemerintah di Aceh Utara atau di daerah lain memeriksa kandungan tanah di setiap lahan agar tahu jenis tanaman apa yang cocok, lalu mentraining petaninya untuk bertani secara moderen serta menyediakan fasilitas yang lain, bukan membuat rakyat jadi pengemis dengan harus mengajukan proposal. Jika APBD satu periode tak cukup untuk ini maka dapat dilanjutkan dengan periode selanjutnya, makanya pembangunan lima tahun tidak efektif. 

Pertanian di Aceh Utara harap dipercayakan kepada pihak yang serius mengurunya. Para sarjana pertanian sudah saatnya turun ke lahan, mengajarkan cara bertani yang benar kepada petani. 

Pemerintah kita harus berpikir bagaimana membuat daerah pimpinannya sebagai wilayah produksi terutama yang SDA-nya tersedia. Mengurus kebutuhan rakyat lebih penting daripada mengurus perjalanan keluar negeri atau hanya menghadiri peresmian atau undangan pesta. 

Kalau dikelola dengan benar, bisa saja ekonomi Aceh Utara berkutat pada ekspor hasil tani secara besar-besaran. Kepulihan Aceh Utara dari sisa konflik tergantung pada rakyat dan para tokoh masyarakatnya. 

Aceh Utara bisa menstimulasi permintaan domestik dan mengurangi ketergantungan kepada tambang alam yang segera habis dan investasi asing. Pemerintah bisa memperbaiki ekonomi rakyat di kawasan ini dengan mengambil sistem ekonomi yang menggabungkan stimulan domestik dengan promosi tradisional Aceh Utara tentang pasar terbuka dan investasi asing. 

Tenaga kerja dan sumber daya, konsevatis fiskal, kebijakan investasi asing terbuka, dan pendorongan sektor swasta bisa jadi dasar dari sukses ekonomi pada tahun ini dan ke depan. Aceh Utara bisa memperkuat ekonomi intinya pada sistem pertanian bebas yang ditata rapi. 

Aceh Utara siap dan berharap dapat menyambut investasi asing, dan investor yang bisa memenuhi beberapa persyaratan dapat mendaftar hak investasi istimewa, namun ini terhalang oleh peraturan di tingkat lebih tinggi, tapi itu tidak berpengaruh banyak, karena di masa silam petani pun bisa jaya, petani di masa Pase berjaya dikabarkan kaya-kaya. 

Pemerintah Aceh Utara bisa meningkatkan pendapatan petani dengan cepat dan bermutu tinggi jika membangun kekompakan kerja dan hubungan dengan para petani di Thailand. 

Jika pertanian yang terarah bisa diterapkan pemerintah di daerah ini, niscaya akan memudahkan petani dalam memasarkan hasil taninya. Fungsi pemerintah adalah penyedia fasilitas dan penghubung antara petani dan penerima hasil tani, baik di daerah maupun di luarnya. 

Mungkin saja teknologi di Thailand bisa dibawa pulang dan diterapkan di Aceh Utara dengan ikut membawa sistem bertani dan kekompakan kerjanya. Thailand dan Aceh Utara sama berada di daerah tropis hingga cara di sana cocok untuk di sini. 

Pembukaan lahan sawit ratusan hektar di bagian selatan Aceh Utara bisa jadi usaha baik untuk kemajuan petani, dan diharapkan bisa diterapkan untuk setiap jenis tanaman yang kini masih didatangkan dari luar. 

Sementara masih banyak lahan subur di kawasan ini belum dimanfaatkan, juga fasilitas transortasi belum mudah ke sana, jalan ke pegenungan masih berlogok dan berbatu. Para penuang keperntingan rakyat di masa silam kini sudah bisa memperjuangkannya lagi, masa transisi harus ditinggalkan, ini saatnya membangun rakyat kita yang sudah lama tertindas. 

Ekonomi Selama ini masih sebatas teori tentang pembangunan ekonomi untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat kesempatan kerja, termanfaatkan dan terkelolanya seluruh sumberdaya secara produktif, meningkatnya pertumbuhan ekonomi di semua sektor dan meningkatnya pendapatan masyarakat. Pemerintah Aceh Utara sudah masanya memanggil para ahli pertanian di Aceh untuk kemajuan tani di wilayah yang dikenal dengan bekas kerajaan Samudra Pasainya ini. 

Strategi lima tahun selalu sama dari masa ke masa, berapa periode lima tahun telah lewat dan Aceh Utara belum makmur. Program pemerintah tentang mengembangkan dan meningkatkan produksi padi, palawija dan hortikultura melalui pemanfaatan lahan-lahan potensial dan lahan-lahan terlantar sudah saatnya ditinjau ulang, sejauh mana sudah berhasil. 

Perencanaan jangka panjang dibutuhkan agar setiap rancangan bangunan atau program lain berkesinambungan. Salah satu contoh pentingnya rancangan jangka panjang seperti pemindahan Kantor Bupati Aceh Utara dan pembangunan Islamic Center Lhokseumawe

Pembangunan Islamic Center Lhokseumawe sempat terhenti karena program pemerintah lama tidak dijalankan oleh pemerintah yang baru. Sementara pemindahan kantor bupati Aceh Utara ke Lhoksukon punya masalah letak pusat kabupaten dan pekerja pemerintahnya yang berdiam di kota Lhokseumawe. Atas contoh beginilah program pemerintah harus sesuai dengan keinginan rakyat dan rakyat harus memantau setiap kebijakan, baik yang ingin disahkan maupun yang sudah disahkan dan harus dijalankan. 

Masa Depan Aceh Utara Pembangunan fisik dan peradaban di Aceh Utara ke depan bisa dimulai kini dengan mengumpulkan para perancang dokorasi wilayah dan pakar di bidangnya masing-masing. Ini penting dilakukan karena legislatif dan eksekutif tak mampu merancang sekaligus menjalankannya. Aceh Utara bisa dibikin sebuah wilayah wisata berbasis pendidikan dan industri pertanian yang tertata rapi. 

Pemandian Krueng Sawang, pemandangan alam Cot Panggoi, Lhokseumawe jika dikembangkan malah lebih indah dari Bukit Bendera Pulau Pinang, Malaysia. Pantai Sawang Geudong, pantai Ulee Rubeek-Seunuddon, Rumoh Cut Meutia. Masyarakat kampung sekitar pun bisa jadi penjaga tempat tersebut dengan santun dan ramah bersahabat. Dana kebersihan dan pajaknya ditentukan harus jelasa pembagian dengan tepat untuk gampong, mukim, kecamatan, dan kabupaten. 

Orang-orang yang berkuasa dan yang kreatif di kawasan ini bisa berkerja sama dalam menyatukan ide, masing-masing pihak mengelola yang benar mampu dikelolanya. Rakyat bisa bersemangat dan pemerintah bekerja keras, lalu pusat pelatihan gajah Aceh Utara bisa diaktifkan kembali, semua tempat wisata bisa ditata indah, dan situs Kerajaan Samudra Pasai pun jadi kota tua dan jadi mesium kota, dikunjungi banyak penduduk dalam dan luar negeri. () 


Sumber: http://www.harian-aceh.com/

Komentar