HARI INI, IMLEK RUPANYA

Tak seperti biasa,  pagi ini terasa sepi dan lengang. Di jalan kendaraan tak banyak berlalu lalang. Di lobi juga tak ramai penghuni yang  bergegas pergi seperti kemarin.

Memang Sabtu sebagian libur kerja. Tapi hari ini lain. Penghuni lebih memilih di kamar atau berolahraga.  "Hari libur Imlek," kata zebua,  lelaki yang mengaku asal Nias.

Di luar,  Mas Yono asal Ngawi Jatim terlihat sibuk melayani pelanggan lontong. Pukul 07.00 pagi dia sudah siap di pinggir jalan depan apartemn 38 lantai ini.

Meski hari libur,  kami tidak bisa bersantai seperti penghuni lain. Harus segera berkemas untuk keluar menyelesaikan tugas yang masih tersisa.

Jakarta memang kota dengan seribu kemungkinan dan peluang.  Warga tinggal melakoninya. Jakarta seperti maknik,  menyihir manusia dan menimbun uang. Jika Jakarta menggelontorkan uang ke daerah,  mereka segera mengambil kembali dengan cara memanggil orang daerah untuk rakor, juknis, munas,  dan sejenisnya.

Bagi saya itu adalah masa lalu. Masa kini ialah merenungi semua  ilustrasi dan panorama kehidupan. Di luar,  panorama itu sedang dibalut dengan perayaan Imlak. Di sini kita memaknai  dengan hati. Tuhan sudah mengatur semuanya.

Selamat pagi. Assalamualaikum.

Komentar