PALU ARIT

Kalau saya jadi aparat, komentar Habib @RizieqShihab soal Palu Arit di lembaran uang itu saya telisik. Laporan saya terima.
Tidak ada istilah "menghabiskan waktu"  atau apapun karena yang bicara orang punya nama dan massa.
Biasanya dulu Polri punya bagan situasi, hijau di bilang kondusif, kuning di ulang potensi kerawanan atau merah darurat.
Keterangan Habib @RizieqShihab meskipun dia hijau tetap harus dijawab. Harus didalami.
Kalau bisa, dalam fungsi pelayanan dan penganyoman masyarakat Polri mengajak @RizieqShihab jumpa @bank_indonesia
Lalu @bank_indonesia didorong memberikan keterangan resmi. Saya yakin sepekan isu PaluArit hilang.
Polri dulu adalah elemen dalam ABRI yang sangat sensitif dengan pemberontakan PKI.
Sensitifitas ABRI tidak kalah dengan sensitifitas kalangan Islam soal PaluArit.
Komunisme adalah trauma bangsa kita. Takkan mudah hilang. Meski sebagian kalangan merasa dirugikan.
Memang sangat disayangkan sebagian kita sekarang tidak menyadari trauma dan sensitifitas ini.
Mungkin ada yang tidak lagi membaca sejarah dan lupa bahwa Tragedi1965 adalah abadi di benak bangsa.
Dan yang lebih saya sayangkan karena Polri justru yang mulai tidak sensitif.
Mari kita sadarkan. Polri harus waspada bahwa bangsa kita takkan mudah menerima kembali komunisme.
Dan Polri harus menghargai sensitifitas ulama, khususnya dan ummat Islam umumnya soal komunisme.
Padahal jika dijawab secara sederhana mungkin masalah cepat selesai. Tapi ini dijadikan sengketa.
Masalah kecil jadi besar,
Masalah besar dilupakan...
Tanah kita diambil raksasa...

Bumi dimasuki pipa-pipa baja..
Hutan kita dipotong pakai gergaji dan diseret keluar masuk belantara...

Anak bangsa mengemis menjadi babu di negeri orang dan pekerja asing merajalela...
Belum datang kah waktu untuk bersatu?
Sehingga kita berhenti saling serang dan saling memusuhi?

Entahlah,
Sepertinya kita sedang dibikin sibuk oleh sesuatu yang bukan dari kita..
Maka ia dari mana?

Bangunlah Pak polisi,
Subuh menjelang...
Waspadalah...

sumber : Twitter @Fahrihamzah

Komentar