Saat bibir terbungkam
Tertahan untuk bercerita
Meski sangat, sangat, sangat ingin...
Tak tahu entah kenapa.
"Apakah bertanda bagiku harus melewati ini dengan
kesendirian?"
"Tidak....!!" jawab mereka serentak, membuatku
terkejut.
"Aku selalu untukmu" jawab fikiran
"Aku tak bisa meninggalkanmu" jawab hati
"Kita akan terus bersama" jawab jiwa.
Terharu..., dada terasa sesak, tangisan tak bisa terbendung.
Mereka yang terlupakan
"Kami tak akan kemana-mana, kamu tidak perlu
menceritakanya,
kami tahu apa yang kamu rasakan, kami juga tahu
perjuanganmu,
kita tetap bersama" dengan mata berkaca-kaca, hati
mewakili kawannya.
"Meski susah, kebisaanku berfikir buruk. Aku terus
mencoba, dan mencoba,
untuk berfikir positif dalam ujian ini, untukmu
kawan..." kata pikiran.
"Meski aku sering sedih, gundah, galau.
Namun, aku selalu berusaha untuk tidak berkekalan dengan
itu,
ku usahankan dengan sekuat-kuatnya memasukkan ketenangan,
karena aku sayang kamu kawan..." kata hati.
"Aku sebenarnya sangat penakut, sangat berat dalam
rintangan ini,
tapi akau tidak mau membuatmu tambah terpuruk karenaku,
aku selalu mencoba untuk kuat, dan berfikir luas,
apalagi saat kamu berinteraksi dengan alam" kata jiwa.
Dengan terbata-bata, air mata yang tak bisa tertahan
Penyesalan ku rasakan
Aku hanya bisa mengeluh
Mereka yang terlupakan
"kita akan tetap bersama, karena Allah..." ucapku
"Maafkanku melupakan kalian, terimaksih yang bisa
kuucapkan,
tak tahu mau bilang gimana... terus bantu aku dalam
rintangan ini". lanjutku.
Komentar