Halloween, Kegelapan, dan Rasa Takut: Simak Penjelasan Ilmiahnya



Bulan Oktober dan musim gugur di belahan dunia barat kerap identik dengan perayaan Halloween. Cahaya matahari yang datang akan berkurang, suhu mendingin, dan dedaunan mulai meranggas. Kondisi tersebut, bagi beberapa orang, bisa bikin bulu kuduk berdiri dan ternyata juga meningkatkan rasa taku.
Tapi mengapa hal-hal tertentu menjadi menakutkan? Apakah ada penjelasan ilmiah di baliknya? Pengaruh budaya dapat menyebabkan seseorang menjadi takut akan sesuatu, seperti kucing hitam atau badut. Namun, menurut Katherine Brownlowe, Kepala Divisi Neurobehavioral Health dari Ohio State University Wexner Medial Center, ternyata ada pemicu universal akan rasa takut.
"Yakni hal-hal yang bisa membuat Anda mati," ujar Brownlowe, seperti dikutip dari laman Live Science, beberapa waktu lalu. "Contohnya, petir, laba-laba, atau ancaman dalam kegelapan. Rasa takut termasuk mekanisme bertahan hidup."
Ketika panca indra mendeteksi sumber stres yang mungkin menimbulkan ancaman, otak akan mengaktifkan pancaran reaksi yang membuat kita berpikir untuk bertarung atau melarikan diri secepat mungkin. Pada mamalia, reaksi ini disebut fight-or-flight response.
Rasa takut diatur oleh bagian otak dalam lobus temporal yang dikenal dengan amigdala. Ketika stres, amigdala akan aktif dan mengalihkan pikiran kita kepada rasa takut tersebut. Walhasil, tubuh langsung mengalihkan semua energi untuk bersiap menghadapi ancaman apa pun.
"Pelepasan zat kimia pada saraf dan hormon menyebabkan peningkatan denyut jantung dan pernapasan," ujar Brownlowe. Proses tersebut lantas melangsir darah dari usus dan mengirimkannya lebih banyak ke otot-otot di seluruh tubuh.
sumber : tempo.com

Komentar